Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih sedikit dari biasanya yaitu terjadinya perdarahan menstruasi yang lebih sedikit dari volume normal dan lamanya kurang dari 3 hari. kelainan ini siklus menstruasi tetap teratur sesuai dengan jadwal menstruasi akan tetapi jumlah darah yang dikeluarkan relatif sedikit. Menstruasi normal memiliki lama siklus dengan tenggang waktu antra hari pertama haid sampai hari pertama siklus berikutnya. Rata-rata lama siklus menstruasi 21 sampai 35 hari dengan rata-rata keluarnya darah 3 sampai 7 hari dan kehilangan darah 30 sampai 40 ml setiap hari.Darah yang kurang > 80 mL persiklusnya adalah abnormal dan tetap menyebabkan anemia. Hipomenorea ini penyebabnya terletak pada konstitusi penderita, pada gangguan hormonal endoktrin atau penyakit menahun dan kelainan uterus (misalnya sesudah miomektomi). Kecuali jika ditemukan penyebab yang nyata dan pasti, cara penanganannya adalah dengan pemberian konseling psikoterapi dan penenangan diri. Adanya hipomenorea biasanya tidak mengganggu fertilitas.
Penyebab Menorrhagia
Penyebab Menorrhagia
Tidak semua penyebab menorrhagia dapat diidentifikasi, namun ada beberapa yang umumnya menjadi pemicu, seperti:
- Radang panggul, misalnya karena infeksi pada organ reproduksi, baik pada rahim, indung telur, atau saluran telur.
- Fibroid rahim, merupakan tumor jinak pada rahim.
- Sindrom ovarium polikistik.
- Endometriosis, yaitu kondisi ketika jaringan dari lapisan dinding rahim atau endometrium tumbuh di luar rahim.
- Adenomiosis, yaitu pertumbuhan jaringan endometrium ke dalam dinding otot rahim.
- Hipotiroidisme, kondisi di mana kelenjar tiroid tidak mampu memproduksi hormon tiroid dalam jumlah yang cukup.
- Polip serviks atau polip rahim, yaitu pertumbuhan jaringan tambahan pada dinding serviks atau dinidng rahim.
- Gangguan pada ovarium, yang dapat menyebabkan siklus hormon dan proses ovulasi tidak terjadi sebagaimana mestinya.
- Gangguan pembekuan darah, misalnya penyakit Von Willebrand.
- Efek samping obat, seperti obat antiradang, obat hormon, antikoagulan, dan penggunaan pil KB atau IUD (intrauterine contraceptive devices).
- Kanker, seperti kanker rahim atau serviks.
Diagnosis Menorrhagia
Diagnosis menorrhagia biasanya dapat dilakukan dokter dari gejala yang ada. Untuk memperoleh keterangan seputar gejala yang dirasakan pasien, dokter akan menanyakan seberapa banyak darah yang dikeluarkan pasien dan berapa lama masa menstruasi yang biasa dialami oleh mereka. Selain itu, dokter juga akan bertanya seberapa sering pasien perlu mengganti pembalut mereka dan apakah pasien merasakan gejala lain yang menyertai, misalnya nyeri panggul, nyeri pasca berhubungan seksual, dan ada tidaknya perdarahan di antara jadwal haid bulanan. Kondisi genetik pun juga akan ditanyakan sebagai bahan pertimbangan.
Pemeriksaan lebih lanjut biasanya dilakukan tergantung pada hasil pemeriksaan awal dan riwayat kesehatan pasien itu sendiri. Jika dokter mencurigai ada kondisi lain yang menyebabkan pasien mengalami haid berlebihan, maka pemeriksaan lanjutan berikut ini dapat dilakukan:
- Pemeriksaan area panggul bagian dalam, menggunakan alat bernama spekulum, atau secara manual.
- Pemeriksaan darah. Untuk mendeteksi adanya anemia, kelainan hormon tiroid atau gangguan pembekuan darah.
- Pap smear. Pengambilan sampel sel dari dinding dalam serviks untuk memeriksa tanda-tanda peradangan, infeksi, atau potensi kanker.
- Biopsi. Pengambilan sampel jaringan dari rahim untuk diperiksa dengan mikroskop.
- USG rahim, untuk memeriksa jika terdapat fibroid, polip, atau kelainan lainnya.
- Sonohysterography (SIS). Pemeriksaan jaringan pada rahim menggunakan zat warna yang disuntikkan melalui vagina atau serviks, dilanjutkan dengan pemindaian menggunakan USG.
- Histeroskopi. Dalam pemeriksaan ini, dokter akan memasukkan selang tipis yang dilengkapi kamera khusus melalui vagina atau serviks untuk melihat kondisi rahim pasien.
Pengobatan Menorrhagia
Selain menurunkan atau menghentikan volume perdarahan yang cukup banyak dan mencegah terjadinya anemia defisiensi besi, pengobatan menorrhagia juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderitanya.
Namun, apabila dokter tidak mencurigai adanya masalah serius yang menyebabkan menorrhagia atau kondisi tersebut tidak mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya, pengobatan tidak diperlukan.
Ada dua cara untuk mengobati menorrhagia, yaitu melalui obat-obatan dan operasi. Obat-obatan seringkali dijadikan pilihan utama, terutama jika pemeriksaan masih berjalan dan belum menunjukkan hasil pasti mengenai penyebab menorrhagia. Dokter dapat memberikan obat jika pasien tidak merasakan gejala apa pun yang mengarah pada kondisi serius.
Beberapa jenis obat-obatan yang bisa digunakan untuk menangani menorrhagia adalah:
- Tablet asam traneksamat. Obat ini terbukti mampu menurunkan perdarahan hingga hampir 50%. Asam traneksamat bekerja dengan cara membantu proses penggumpalan darah di dalam rahim. Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan obat ini adalah diare dan
- Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs). Selain dapat meredakan gejala nyeri, obat ini juga dapat menurunkan produksi salah satu hormon yang berperan dalam terjadinya menorrhagia, yaitu hormon prostaglandin. Contoh obat OAINS yang bisa digunakan adalah ibuprofen, naproxen, dan asam mefenamat. Obat ini bisa menurunkan perdarahan hingga 20-50%. Efek samping yang mungkin timbul dari penggunaan OAINS sama seperti asam traneksamat, yaitu diare dan dispesia.
- Pil kontrasepsi kombinasi. Pil yang mengandung hormon progestogen dan estrogen ini dapat mencegah pelepasan sel telur di dalam rahim setiap bulannya. Selain mengobati menorrhagia, obat ini juga dapat mengurangi nyeri haid dan mengatasi siklus menstruasi yang tidak teratur sekitar 40%. Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan obat ini adalah retensi cairan, mual, nyeri payudara, dan perubahan suasana hati.
- LNG-IUS (levonorgestrel-releasing intrauterine system). Ini merupakan sejenis alat kontrasepsi yang mampu menurunkan perdarahan hingga 90%. LNG-IUS bekerja dengan cara memperlambat pertumbuhan lapisan rahim. Alat plastik berukuran kecil ini digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam rahim. Di dalam rahim LNG-IUS kemudian akan melepaskan hormon progestogen secara perlahan-lahan. Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan obat ini adalah munculnya jerawat, nyeri atau rasa tidak nyaman di payudara, dan amenorea (terhentinya menstruasi) selama masa penggunaan obat.
- Progestogen suntik dan norethisterone Kinerja keduanya dalam mengobati menorrhagia sama seperti LNG-IUS, yaitu memperlambat pertumbuhan dinding sel rahim. Efek samping yang biasa muncul dari penggunaan progestogen suntik adalah kenaikan berat badan, tertundanya kehamilan (biasanya hingga enam bulan sampai setahun setelah pengobatan dihentikan), sindrom prahaid (nyeri payudara, retensi cairan, dan perut kembung). Sedangkan efek samping norethisterone oral adalah nyeri payudara dan tumbuhnya jerawat.
- Analog GnRH-a (gonadotropin releasing hormone analogue). Ini merupakan salah satu obat yang efektif dalam mengurangi perdarahan saat menstruasi. Terapi agonis GnRH-a biasanya tidak dilakukan secara rutin, namun lebih sekadar pengobatan sementara bagi pasien yang akan menempuh jalan operasi untuk mengobati menorrhagia. Kadang-kadang, dalam kasus tumor jinak di dalam rahim atau fibroid, hormon agonis GnRH-a dapat diberikan dalam bentuk suntik. Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari terapi ini adalah berkeringat, sensasi panas di tubuh (hot flashes), dan vagina kering.
Prosedur operasi biasanya akan direkomendasikan oleh dokter apabila menorrhagia sudah tidak bisa lagi ditangani dengan obat-obatan, atau untuk menghindari komplikasi seperti anaemia parah dan nyeri haid (dysmenorrhea) yang hebat. Ada bermacam-macam jenis operasi untuk kondisi ini, dan beberapa di antaranya adalah:
- Dilatasi dan kuretase (D&C). Dalam prosedur ini, dokter akan melakukan dilatasi (pembukaan) pada serviks dan melakukan kuretase (pengerokan) dinding dalam rahim untuk mengurangi perdarahan saat menstruasi. Tindakan ini biasanya dilakukan kembali jika kambuh.
- Embolisasi arteri rahim. Prosedur ini diperuntukkan untuk menangani menorrhagia yang disebabkan oleh fibroid. Fibroid adalah tumor jinak yang tumbuh di dinding rahim. Pada prosedur embolisasi arteri rahim, fibroid disusutkan dengan cara memblokir arteri yang mensuplai darah ke daerah tersebut. Embolisasi arteri rahim adalah prosedur yang paling banyak dipilih dokter karena selain tingkat keberhasilannya yang tinggi dalam mengobati menorrhagia yang disebabkan fibroid, prosedur ini juga jarang menimbulkan komplikasi.
- Miomektomi. Dalam miomektomi, fibroid diangkat melalui pembedahan. Prosedur ini dapat dilakukan dengan dengan membuka dinding abdomen (laparotomi), menggunakan pipa optik dan alat khusus yang dimasukkan lewat beberapa sayatan kecil pada dinding perut (laparoskopi), atau melalui vagina (histerokopi). Pada sebagian kasus, fibroid tumbuh kembali setelah miomektomi.
- Reseksi endometrium. Prosedur ini mengangkat endometrium (dinding dalam uterus) menggunakan kawat panas. Setelah menjalani prosedur ini, kehamilan tidak dianjurkan.
- Ablasi endometrium. Prosedur ini dilakukan dengan cara menghancurkan lapisan endometrium secara permanen, baik dengan laser, radiofrekuensi (RF), atau dengan pemanasan.
- Histerektomi. Biasanya prosedur ini ditempuh apabila menorrhagia sudah tidak bisa lagi ditangani oleh cara apa pun dan gejalanya sudah sangat parah. Histerektomi adalah operasi pengangkatan rahim yang otomatis akan menghentikan menstruasi selamanya dan membuat pasien tidak bisa memiliki anak lagi
Menorrhagia
Menorrhagia atau haid berlebihan adalah keluarnya darah menstruasi secara berlebihan atau dalam jumlah yang terlampau banyak. Selama masa menstruasi, jumlah rata-rata darah yang dikeluarkan adalah 30-40 ml. Dan seorang wanita dianggap mengalami haid berlebihan jika kuantitas darah yang dia keluarkan berkisar antara 60-80 ml
Sebenarnya jumlah tersebut tidak bisa dijadikan patokan pasti karena jumlah darah menstruasi pada setiap wanita berbeda-beda. Namun, untuk memudahkan mengenali kondisi ini, Anda dapat memperhatikan banyaknya jumlah pembalut yang Anda habiskan atau seringnya darah menembus pakaian Anda karena tidak tertampung oleh pembalut.
Dari tanda tersebut Anda bisa membandingkannya dengan menstruasi-menstruasi yang sebelumnya atau yang biasanya. Jika Anda khawatir mengalami haid secara berlebihan, maka sebaiknya temui dokter.
Gejala Menorrhagia
Selain terlalu banyaknya darah yang dikeluarkan atau masa perdarahan yang cukup lama, haid berlebihan juga bisa disertai gejala lainnya, yaitu rasa nyeri. Umumnya dikenal dengan istilah nyeri haid (dysmenorrhea).
Dismenore umumnya terjadi ketika dinding rahim berkontraksi dan menekan pembuluh darah di sekitarnya. Akibatnya, pasokan oksigen terhenti dan menyebabkan munculnya rasa nyeri. Selain itu, beberapa gejala lainnya seperti tanda-tanda anaemia, merasa lemas, atau napas pendek juga dapat dirasakan.
Meskipun tidak selalu menjadi pertanda suatu kondisi yang serius, haid berlebihan dapat mengganggu kehidupan sehari-hari wanita yang mengalaminya, baik secara emosi, psikis, maupun sosial.
Disarankan untuk temui dokter jika Anda perlu mengganti pembalut setiap 1-2 jam, mengalami perdarahan di luar masa menstruasi atau setelah menopause.
penyebab amenore
Penyebab Amenore
Penyebab amenorrhea adalah disebabkan karena banyak hal. Beberapa hal di antaranya adalah:
- Pengobatan penyakit kronik
- Pengangkatan kandung rahim
- Kelainan bawaan pada sistem kehamilan
- Kelainan kromoson
- Olahraga berlebihan
- Tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina (agenesis uterovaginal)
- Gangguan pada susunan saraf pusat
- Pubertas terlambat
- Gangguan pada indung telur (ovarium), seperti tumor ovarium, kegagalan fungsi indung telur
- Gangguan produksi hormon, seperti hipotioridisme, sindrom cushing
- Penyakit berat, seperti penyakit ginjal kronik.
Baca juga: 5 Masalah Menstruasi yang Harus Diwaspadai Wanita
Gejala Amenore
Tanda utama amenore adalah tidak adanya periode menstruasi. Tergantung pada penyebab amenore, Anda mungkin mengalami tanda-tanda atau gejala lain bersama dengan tidak adanya periode, seperti:
- Keluar cairan pada putin payudara
- Rambut rontok
- Sakit kepala
- Gangguan penglihatan
- Kelebihan rambut wajah
- Nyeri panggul
- Jerawat
Diagnosis Amenore
Untuk memeriksa amenorea adalah diperlukan riwayat medis yang lengkap. Biasanya dokter akan menyarakan untuk melakukan tes darah untuk memeriksakan kadar hormon ovarium, hipofisis, dan tiroid.
Tes ini mungkin termasuk pengukuran prolaktin, follicle-stimulating hormone (FSH), estrogen, thyrotropin, dehydroepiandrosterone sulfate (DHEA-S), dan testosteron. Untuk beberapa individu, tes kehamilan adalah tes pertama dilakukan.
Tes lanjutan yang biasanya dilakukan adalah tes pencitraan, seperti USG, rontgen, serta CT-Scan atau MRI scan untuk membantu menentukan penyebab amenore.
Pengobatan Amenore
Pengobatan yang dilaksanakan tergantung penyebab amenore. Beberapa metode pengobatan yang disarankan oleh dokter sesuai dengan penyebab amenore, misalnya:
- Terapi sulih hormon estrogen (estrogen replacement therapy/ ERT) yang membantu menstabilkan hormon untuk memicu siklus haid, pada kondisi insufisiensi ovarium primer. ERT akan menggantikan estrogen yang tidak dihasilkan oleh ovarium untuk mengatur siklus menstruasi secara normal. Dokter juga akan memberikan progestin atau progesteron untuk mengurangi risiko kanker rahim
- Pengobatan pada wanita yang memiliki sindrom ovarium polikistik (PCOS), penanganan akan berfokus untuk mengurangi kadar hormon androgen
- Pemakaian pil kontrasepsi atau obat-obatan hormon yang memicu terjadinya siklus haid
- Amenore yang disebabkan oleh faktor gaya hidup bisa ditangani dengan menjaga berat badan tetap ideal, mengontrol stres, dan menetapkan jadwal olahraga yang tepat dan teratur
Dampak Amenore pada Wanita
Infertilitas (kemandulan) adalah dampak buruk yang bisa dialami oleh wanita. Selain itu, amenore juga menyebabkan osteopenia (penurunan kepadatan tulang) atau osteoporosis, di mana hal ini terjadi akibat kadar estrogen yang rendah dan menjadi penyebab amenore yang berkepenjangan.
Jenis Amenore
Jenis Amenore
Amenore sendiri terbagi dua, yaitu:
1. Amenore primer
Amenore primer biasanya merupakan hasil dari suatu kondisi genetik atau anatomi pada wanita muda yang tidak pernah mendapatkan periode menstruasi sama sekali (meskipun sudah berusia 16 tahun) dan tidak hamil. Mereka yang mengalami amenore, organ internal reproduksinya tidak terbentuk dengan normal.
Penyakit kelenjar hipofisis (pituitari) dan hipotaalamus (wilayah otak yang penting untuk kontrol produksi hormon) juga dapat menyebabkan amenore primer karena daerah ini memainkan peran penting dalam regulasi hormon indung telur.
Kondisi lain yang mungkin penyebab amenore primer adalah ketidakpekaan androgen (di mana individu memiliki kromosom XY yang secara genetik laki-laki tetapi tidak menunjukkan karakteristik fisik laki-laki karena kurangnya respons terhadap testosteron), hiperplasia adrenal kongenital, dan ovarium polikistik syndrome (PCOS).
1. Amenore sekunder
Amenore sekunder adalah kondisi di mana penderita sebelumnya pernah menstruasi secara normal, kemudian siklusnya terhenti. Kehamilan adalah penyebab utama dari amenorea jenis ini.
Sementara itu, amenore yang disebabkan karena masalah di hipotalamus, menyebabkan gangguan pada pengaturan hormon yang nantinya memengaruhi kelenjar pituitari, yang selanjutnya mengirimkan sinyal ke indung telur untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesteron sehingga seorang wanita mendapatkan menstruasi.
Sejumlah kondisi dapat memengaruhi hipotalamus di antaranya:
- Penurunan berat badan yang ekstrem
- Stres emosional atau fisik
- Latihan yang ketat
- Penyakit kronis.
Amenore
Apa itu amenore? Amenore adalah kondisi di mana wanita yang seharusnya mendapat menstruasi tetapi tidak mengalami menstruasi. Siklus menstruasi normal terjadi karena perubahan kadar hormon. Hormon reproduksi wanita diproduksi oleh indung telur (ovarium).
Ovarium menanggapi sinyal hormonal dari kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak, yang juga dikendalikan oleh hormon yang diproduksi di hipotalamus otak. Gangguan yang memengaruhi setiap komponen siklus hormonal ini dapat menyebabkan amenorea.
Penyebab amenore secara umum pada wanita muda seringkali disalah pahami sebagai sebuah kehamilan yang tidak terdiagnosis. Secara klinis, seorang wanita berusia 13 tahun yang belum mengalami tanda-tanda pubertas seperti pertumbuhan payudara dan belum haid, dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter. Begitu pula dengan wanita yang sudah mengalami menstruasi, namun tidak mendapat haid dalam jangka waktu 90 hari sejak haid terakhir.
faktor penyebab dan cara mengobati desminore
Apa yang meningkatkan risiko terkena dismenore?
Ada banyak hal yang bisa meningkatkan risiko Anda mengalami nyeri haid. Beberapa di antaranya seperti:
- Anda berusia di bawah 30 tahun
- Masa puber Anda mulai sejak usia 11 atau ke bawah (pubertas dini)
- Anda mengalami perdarahan berat atau yang tidak normal selama menstruasi
- Anda mengalami perdarahan menstruasi yang tidak teratur
- Anda belum pernah melahirkan
- Anda memiliki riwayat nyeri haid dalam keluarga
- Anda seorang perokok
Obat & Pengobatan
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Apa saja pilihan pengobatan saya untuk dismenore?
Dismenore adalah kondisi umum yang sering dialami wanita menjelang atau saat datang bulan. Bagi beberapa wanita, mereka tidak membutuhkan pengobatan khusus karena gejala yang mereka rasakan cenderung ringan dan dapat hilang dengan sendirinya.
Sayangnya, bagi beberapa wanita lainnya, nyeri atau kram perut yang mereka alami sangat intens, sehingga menghambat mereka dalam melakukan rutinitas hariannya. Jika sudah begini, Anda mungkin membutuhkan pengobatan khusus untuk meringankan gejala.
Berikut beberapa pilihan pengobatan untuk meredakan nyeri atau kram perut selama menstruasi.
Minum obat pereda nyeri
Jika nyeri haid Anda terasa mewalahkan sampai mengganggu aktivitas, tidak ada salahnya untuk minum obat pereda nyeri, seperti ibuprofen dan naproxen. Kedua obat pereda nyeri ini bisa Anda dapatkan tanpa resep dokter dan banyak dijual bebas di apotek atau toko obat terdekat.
Sebelum minum obat pereda nyeri, pastikan Anda membaca petunjuk pemakaian obat dengan teliti. Minumlah obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan guna menghindari terjadinya efek samping yang berbahaya.
Kontrasepsi hormonal
Selain pakai obat pereda nyeri, Anda juga bisa mengonsumsi kontrasepsi normonal untuk meringankan gejala nyeri haid. Anda bisa menggunakan kontrasepsi hormonal seperti pil minum, suntinkan, skin patch (koyo), implan di bawah kulit, cincin yang dimasukkan ke dalam vagina, atau intrauterine device (IUD).
Semua kontrasepsi hormonal tersebut dapat membantu menipiskan lapisan rahin dan mengurangi produksi hormon prostaglandin menjelang menstruasi. Dengan begitu, menstruasi Anda akan berjalan lebih lancar dan minim rasa sakit.
Operasi
Apabila nyeri haid Anda disebabkan oleh kondisi kesehatan lain, dokter dapat merekomendasikan operasi untuk menanganinya.
Apa saja tes yang biasa dilakukan mendiagnosis dismenore?
Sebelum melakukan tes, dokter biasanya akan menanyakan tentang riwayat medis Anda terlebih dahulu. Setelah itu, dokter akan melakukan seriangkaian pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk menegakkan diagnosis. Jika dokter mencurigai adanya kelainan dan infeksi pada organ reproduksi Anda, ia mungkin akan melakukan pemeriksaan pelvis.
Dokter mungkin juga akan melakukan beberapa tes berikut untuk menegakkan diagnosis:
- Ultrasound (USG) menggunakan gelombang suara untuk memeriksa rahim, serviks, tuba fallopi, dan indung telur.
- CT (computerized tomography) scan atau MRI (Magnetic resonance imaging) scan untuk melihat detail pada organ, tulang dan jaringan untuk mendiagnosis penyebab.
- Laparoskopi untuk membantu melihat penyebab dari rasa sakit yang Anda alami.
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dismenore?
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi nyeri haid:
Kompres perut
Guna meringankan nyeri saat menstruasi, Anda bisa mengompres perut atau punggung bagian bawah dengan handuk kecil yang dicelupkan ke air hangat atau dengan botol yang sudah diisi dengan air hangat.
Panas yang dihasilkan akan membuat pembuluh darah melebar, sehingga aliran darah dan suplai oksigen dapat lebih mudah mencapai daerah yang sakit. Aliran darah yang lebih lancar juga membantu melemaskan otot-otot yang menegang dan kaku, sehingga mengurangi nyeri haid.
Selain pakai metode kompres, Anda juga bisa mencoba berendam air hangat untuk merelaksasi seluruh bagian tubuh.
Aktif bergerak
Meski membuat badan lemas dan mood naik turun, menstruasi sebaiknya jangan dijadikan alasan untuk bermalas-malasan. Sebaliknya, berusahalah untuk tetap aktif bergerak, termasuk melakukan olahraga. Pasalnya, hal tersebut dapat membantu mengurangi rasa sakit yang Anda alami.
Ya, aktivitas fisik seperti olahraga dapat membantu memperlancar sirkulasi peredaran darah Anda. Tak hanya itu, aktivitas ini juga membantu tubuh menghasilkan endorfin yang dapat membantu menyeimbangkan kerja hormon prostaglandin. Alhasil, rasa sakit dan tidak nyaman yang Anda alami sebelum atau selama menstruasi bisa berkurang.
Tak perlu yang berat-berat, yang penting buatlah tubuh Anda aktif bergerak setiap hari. Beberapa aktivitas fisik yang aman dilakukan saat hai di antaranya berjalan kaki, yoga, senam aerobik, atau jogging ringan.
Perhatikan asupan makanan
Agar terhindar dari nyeri atau kram perut saat menstruasi, Anda harus cermat dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi. Hindari mengonsumsi makanan yang tinggi lemak, garam dan gula. Selain itu, hindari pula minuman bersoda, berkafein, dan beralkohol. Berbagai makanan dan minuman tersebut dapat menyebabkan kembung dan resistansi air dalam tubuh Anda sehingga memperparah nyeri haid yang Anda alami.
Sebaiknya, Anda memperbanyak asupan makanan yang mengandung asam lemak omega-3 dan magnesium untuk mengurangi peradangan penyebab nyeri haid. Selain itu, perbanyak juga asupan zat besi karena dapat membantu mencegah anemia yang sering datang menghampiri saat menstruasi.
Minum teh chamomile
Guna meredakan nyeri menstruasi, Anda bisa mengonsumsi minuman hangat seperti wedang jahe atau teh chamomile. Dalam jurnal yang dirilis oleh Journal of Agriculture and Chemistry, teh chamomile mengandung senyawa yang dapat mengurangi rasa sakit.
Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa 14 orang yang diikut sertakan dalam penelitian kenaikan level hippurate yang signifikan. Hippurate merupakan suatu senyawa dalam tubuh yang berperan sebagai anti inflamasi alami. Anti inflamasi ini dapat membantu mengurangi produksi prostaglandin serta mengurangi nyeri haid.
Minum wedang jahe
Selain teh chamomile, Anda juga bisa meringankan nyeri haid dengan minum segelas wedang jahe hangat. Jahe memiliki senyawa yang dianggap efektif untuk mengurangi peradangan dan rasa sakit, termasuknyeri menstruasi. Selain itu, jahe juga dapat mengurangi gejala mual yang kadang sering muncul saat haid.
Cara membuat wedang jahe cukup mudah. Memarkan satu ruas jahe, lalu rebus dengan sampai mendidih. Supaya mengurangi rasa pedas yang dihasilkan dari jahe itu sendiri, Anda bisa menambahkan sendok atau gula merah.
Hindari stres
Menstruasi memang bisa memengaruhi emosi seorang wanita. Ya, banyak wanita mengalami mood swing, alias perubahan suasana hati secara drastis. Anda mungkin bisa tiba-tiba merasa sedih tak berdaya atau marah sejadi-jadinya pada siapa saja tanpa alasan yang jelas.
Jika tak pintar-pintar dalam mengontrol emosi, wanita yang akan atau sedang menstruasi tentu rentan mengalami stres. Kalau sudah stres, rasa nyeri yang Anda alami mungkin jadi lebih memburuk. Oleh sebab itu, berusahalah untuk menghindari stres.
Caranya, lakukanlah berbagai hal yang menyenangkan sekaligus menangkan. Misalnya, mendengarkan musik instrumental, membaca buku motivasi, melakukan meditasi, menggambar, atau sekadar bernyanyi. Intinya, lakukanlah berbagai hal yang membuat Anda merasa senang.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
penyebab dismenore
Penyebab
Apa penyebab dismenore?
Penyebab dismenore sebenarnya tergantung pada jenisnya. Pada dismenore primer, nyeri perut terjadi karena adanya kontraksi otot rahim. Kontraksi otot rahim ini dipicu oleh hormon prostaglandin, yang kadarnya akan meningkat sebelum menstruasi dimulai.
Kontraksi otot rahim yang terlalu kuat dapat menekan pembuluh darah di dekatnya. Akibatnya, suplai oksigen ke dalam rahim akan terhambat. Nah, rendahnya suplai oksigen dalam rahim inilah yang menyebabkan munculnya rasa sakit dan kram sebelum atau selama menstruasi.
Sementara penyebab dismenore sekunder bisa terjadi karena kondisi tertentu. Berikut beberapa penyebab nyeri perut sekunder yang perlu Anda waspadai.
Endometriosis
Kondisi ini terjadi karena jaringan yang melapisi lapisan rahim malah tumbuh di bagin tubuh lain, seperti ovarium, tuba falopo, atau jaringan yang melapisi panggul.
Gejala khas dari kondisi ini adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah yang biasanya bertambah parah saat Anda mengalami datang bulan.
Fibroid rahim
Fibroid rahim merupakan tumor jinak yang biasanya muncul di bagian atas atau di dalam otot rahim. Kemunculan benjolan tumor di dalam otot rahim ini dapat memberikan tekanan pada rahim yang bisa menimbulkan rasa nyeri saat menstruasi. Tumor ini dapat berkembang menjadi sebuah atau beberapa benjolan dengan ukuran yang berbeda-beda.
Penyakit radang panggul (PID)
Kondisi ini terjadi akibat adanya infeksi bakteri pada organ reproduksi wanita, seperti rahim, leher rahim (serviks), ovarium, atau tuba falopi. Infeksi ini akan menimbulkan rasa nyeri saat datang bulan dan menyebabkan radang pada organ reproduksi.
Dalam kasus yang parah, kondisi ini juga bisa mengakibatkan penderitanya sulit untuk hamil atau mengalami kehamilan ektopik.
Adenomiosis merupakan kondisi langka, di mana jaringan yang melapisi rahim (endometrium) tumbuh menerobis dinding rahim (miometrium). Kondisi ini menyebabkan perdarahan yang terjadi saat menstruasi lebih berat sekaligus lebih lama dari biasanya.
Orang yang mengalami kondisi ini juga sering kali mengalami rasa sakit yang intens selama menstruasi berlangsung.
Penyempitan serviks
Penyempitan serviks, atau dalam istilah medisnya disebut dengan stenosis serviks merupakan kondisi di mana serviks menyempit bahkan tertutup. Kondisi ini menghambat aliran darah menstruasi menuju vagina. Akibatnya, terjadilah peningkatkan tekanan di dalam rahim sehingga menyebabkan rasa sakit.
Tanda-tanda & gejala desminorea
Tanda-tanda & gejala
Apa saja tanda-tanda dan gejala dismenore?
Sebenarnya, gejala dismenore dapat bervariasi pada setiap wanita. Namun secara umum, tanda dan gejala paling khas dari dismenore adalah:
- Kram atau nyeri di perut bagian bawah yang bisa menyebar sampai ke punggung bawah, dan paha bagian dalam
- Nyeri haid muncul 1-2 hari sebelum menstruasi atau di awal-awal menstruasi
- Rasa sakit terasa intens atau konstan
Bagi beberapa wanita, mereka juga mengalami beberapa gejala lain yang muncul bersamaan sebelum atau saat siklus menstruasi datang. Berikut gejala penyerta lainnya yang sering dikeluhkan wanita ketika menstruasi:
- Perut kembung
- Diare
- Mual dan muntah
- Sakit kepala
- Pusing
- Lemah, lesu, dan tidak bertenaga
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
desminorhea
Dismenore adalah istilah medis untuk mendeskripsikan nyeri haid. Kondisi ini ditandai dengan adanya kram di perut bagian bawah yang biasanya muncul sebelum atau saat menstruasi.
Bagi beberapa wanita, dismenore yang mereka alami mungkin bersifat ringan dan tidak mengganggu rutinitas. Namun, bagi beberapa wanita lainnya, nyeri haid ini sering kali menyebabkan rasa tidak nyaman. Bahkan, kadang-kadang sampai mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya.
Secara umum, terdapat dua jenis dimenore, yaitu:
Dismenore primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang terjad akibat otot rahim berkontraksi dengan kuat. Rasa nyeri ini muncul di perut bagian bawah dan terkadang menjalar hingga ke punggung bagian bawah dan paha.
Biasanya, nyeri bisa muncul 1 -2 hari sebelum menstruasi datang. Meski begitu, terkadang, nyeri ini juga bisa muncul selama Anda mengalami menstruasi.
Selama mengalami kondisi ini, Anda mungkin juga akan mengalami beberapa gejala lain, seperti mual, muntah, lemah, lesu, tidak bertanaga, dan bahkan diare.
Dismenore sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri yang disebabkan karena adanya masalah pada organ reproduksi wanita. Pada dismenore sekunder, nyeri biasanya dimulai pada awal siklus menstruasi dan bertahan lebih lama dari kram menstruasi pada umumnya. Nyeri karena dismenore sekunder juga biasanya tidak disertai dengan mual, muntah, badan terasa lemas, dan diare.
Dalam banyak kasus, nyeri ini akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia perempuan tersebut dan ketika Anda sudah melahirkan anak pertama.